Sekitar setahun lalu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri I SoE berganti pimpinan dari Subiantor kepada Peka Antonius,STP,MP yang sebelumnya bertugas di SMK Negeri Boking. Sebagai orang ke sembilan yang menjabat kepala sekolah (kasek) di sekolah yang berdiri tahun 1984 lalu itu, Peka Antonius punya mimpi besar menjadikan sekolah tersebut menjadi sekolah unggulan dibidang pertanian. Visi misi untuk menggapai mimpi sebagai sekolah unggulan dalam mutu dan karya mandiri pun diramu dalam sejumlah program yang digerakan dengan moto ‘Satu Hati Aneka Wajah’.
Ada tujuh poin penting dalam moto tersebut yang menjadi nilai penyemangat Peka Antonius dan para guru untuk membawa sekolah tersebut menggapai mimpi sekolah unggulan dibidang pertanian dalam lima tahun kedepan yakni pertama Integritas, loyalitas dan totalitas, kedua; transparansi dan kredibilitas, ketiga; Kualitas dan kreafitas, keempat; Saling percaya dan menghormati, kelima; Disiplin, keenam; Pelayanan sepenuh hati dan ketujuh; Moralitas. “moto ini mengajak kita untuk tidak terpaku dengan pola pikir suku, agama, ras dalam membangun. Tapi marilah, meski kita berbeda suku agama dan lainnya tapi kita satu hati untuk berkarya memajukan sekolah ini, kita sama-sama mengembangkan potensi yang kita miliki untuk kemajuan bersama di daerah ini,”kata Peka Antonius mengawali ceritera tekadnya menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah unggulan di bidang pertanian lima tahun kedepan.
Ketika duduk di kursi kasek SMK Negeri I SoE, Peka melihat aneka potensi dimiliki sekolah yang ketua komitenya adalah Ir. Paul Mella,M.Si, bupati Timor Tengah Selatan (TTS) itu. 715 orang siswa dengan 35 rombongan belajar pada tujuh program studi di tiga bidang kompetensi keahlian, 76 orang guru (46 guru PNS, 2 guru kontrak, 30 guru honor komite), lahan pertanian berhektare-hektare di lokasi civic center yang belum diolah maksimal, laboratorium sekolah dan sejumlah peralatan pertanian dianggap sebagai potensi luar bisa yang perlu dioptimalkan pemanfaatannya untuk suatu kemajuan besar bagi sekolah dan masyarakat kabupaten TTS.
Ia sadar dengan apa yang dimiliki saat ini, sangat tidak mudah untuk menggapai impian sekolah pertanian unggulan yang dilaksanakan melalui pola pertanian terintegrasi. Meski demikian ia mencoba untuk memulai pertanian terintegrasi itu dengan segala keterbatasan yang ada sambil menanti perhatian dan uluran tangan dari pemangku kebijakan untuk melancarakan kreatifitas sekolah menggapai cita-cita.
Pola pertanian terintegrasi direalisasikan diatas lahan seluas empat hektare ditepi jalan dua jalur menuju kantor bupati-DPRD TTS di belakang Mapolres TTS. Diatas lahan yang kini mulai diolah itu kata Peka, pihaknya melibatkan siswa dan guru dalam mengimplementasikan pola pertanian terintegrasi dengan sistim irigasi tetes untuk mengairi lahan, sistim konservasi untuk kesuburan tanah dan sistim organik untuk pemupukan tanaman. Sejumlah jenis tanaman berupa, sayuran, ubi ungu, lombok, pisang kavendis, tanaman hias dan lainnya direncanakan akan mengisi lahan empat hektare tersebut. “kita punya potensi seperti lahan namun untuk mewujudkan pola pertanian teritegrasi ini kita dihadapkan pada kendala air yang terbatas ada embung bantuan dinas pertanian di dalam lahan itu tapi tidak bisa difungsikan karena tidak ada air, kita butuh sumur bor atau embung. Peralatan pendukung seperti traktor untuk mengolah lahan, traktor yang ada ini kondisinya sudah parah karena diadakan dari tahun 1988, intinya kita punya konsep besar tapi dana minim, semoga ada perhatian pemerintah untuk bantu kami dalam mewjudkan ini,”katanya.
Berita TPH ini ditulis pada 12 December 2016 oleh admin